Catatan Ramadhan & Lebaran Tahun 2018

Loading

 

Meskipun udah telat, saya mau ngucapin Happy Eid Mubarak 1439 H ya, mohon maaf lahir & batin. Udah lamaaa banget gak nulis blog. Beneran kangen banget pengen nulis tapi kesibukan ngurus si kecil yang semakin lama semakin aktif, butuh tenaga ekstra. Kalopun ada waktu lebih, seringan dipake buat istirahat, hehe.

Lebaran tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kenapa berbeda? Karena ini lebaran pertama setelah punya anak. Lebaran tahun lalu Shadiq masih dalam perut saya, hehehe. Ini kali pertama kami foto bertiga di hari yang fitri. Bahagia karena sudah punya Shadiq dan melewati puasa Ramadhan bersama suami dan Shadiq terasa spesial dibanding saat masih berdua. Spesial karena tantangan puasa saat punya bayi dan masih menyusui ternyata lebih berat dari yang saya fikir. Selama 20 hari pertama, puasa masih lancar jaya, namun di 9 hari akhir saya tumbang. Perubahan cuaca yang ekstrim, benar-benar panas terik membuat saya dehidrasi dan berpengaruh terhadap kuantitas ASI saya. ASI saya menyusut dan si kecil rewel terus. Dengan kondisi badan lemas dan kurang cairan, saya puasa, menyusui, menyiapkan berbuka dan sahur, juga menyiapkan MPASI Shadiq, namun akhirnya Shadiq sakit. Dia demam karena kurang cairan semntara aktifitas fisiknya banyak, karena dia bayi yang aktif, berguling, merangkak kesana kemari, semua benda mau dipegang, ngoceh-ngoceh terus. Selain demam, Shadiq pun flu dan batuk. Disitu saya merasa jadi ibu paling egois sedunia. Harusnya saya lebih peka dengan kondisi saya dan kondisi Shadiq yang masih butuh asupan dari saya. Saya gak boleh memaksakan diri untuk full puasa sementara Shadiq jadi ikut “puasa” karena kekurangan ASI. Maafkan Bunda ya nak. Maka, setelah diskusi dengan suami, saya pun berbesar hati untuk tidak berpuasa di hari-hari akhir Ramadhan. Saya kembali minum air putih yang banyak, makan buah dan sayur, dan istirahat. ASI saya kembali deras, Shadiq pun kembali aktif dan ceria, meskipun batuk dan flunya belum sembuh benar. Kami pun sempat membawa Shadiq ke baby spa untuk dipijat khusus herbal khusus bayi yang flu dan batuk, sekalian baby gym. Shadiq nangis kenceng selama baby gym, mungkin karena ini pengalaman pertamanya namun akhirnya dia bobo nyenyak saat dipijat. Selain itu sehari-hari setiap habis mandi pagi, ayahnya rutin memijat Shadiq dengan sedikit balsem vicks dcampur evoo , ataupun balsem transpulmin, dioles di dada, leher dan punggungnya supaya pernafasannya lebih lega.

Tanggal 10 Juni, kami pulang ke rumah kakek neneknya di Binjai. Ya, tahun ini kami memutuskan untuk gak mudik dulu ke kampung halaman ayahnya di Pekan Baru, dengan pertimbangan Shadiq masih kecil untuk dibawa perjalanan jauh dengan naik pesawat. Saya masih deg-degan dan belum siap, dan lagi Shadiq Mpasi homemade, kebayang kan kami bakal bawa food baby maker, blender, slow cooker, segala peralatan makan, booster seat, sampe talenan nya bakal saya bawa (karena peralatan masak Shadiq terpisah dari peralatan makan  untuk mencegah bakteri silang. Silakan cek google aja tentang serba serbi MPASI homemade ya). Bakalan segambreng kayak mau pindah rumah mungkin ya, hahaha. Selain itu bahan baku makanannya mesti segar dan menu 4 bintang, dan gak memungkinkan mencarinya di kampung, bakalan repot. Insya Allah, tahun depan Shadiq sudah agak besar dan bisa makan makanan keluarga, kami bakal mudik.

Qadarullah, di 3 hari terakhir puasa, Shadiq sakit lagi. Demam tinggi dan rewel terus, gak mau makan dan sampai hari pertama lebaran, saya pun gak kefikiran lagi untuk berIdul Fitri, karena ngurusin Shadiq. Saya gak bisa sholat Ied bareng keluarga di mesjid, tapi nungguin dirumah sembari memandikan, membuat makanan dan menyuapi Shadiq. Dan lagi tahun ini terasa ga lengkap, karena kakek (papa saya) tidak ada saat lebaran karena sedang pelatihan di Bali hingga 17 Juni.Tanggal 18 Juni kami sekeluarga jalan-jalan ke Bukit Lawang. Ini perjalanan jauh pertama Shadiq. Kami akhirnya minumkan dia obat dengan konsultasi via chat dan minta resep dari seorang kenalan ayahnya yang sedang mengambil spesialis anak. Diperjalanan Shadiq tergolong anak yang anteng, nyusu dan bobo nyenyak. Di Bukit Lawang pun dia banyak bobo dan nyusu, mungkin karena pengaruh obat juga ya, jadi ngantuk. Rencana kami untuk bermain air pun gagal karena saya pun demam tinggi sampai 38’C . Saya dan Shadiq akhirnya berisirahat di hotel.

Disaat semua orang sedang berkunjung ke rumah sanak saudara, kami lebih banyak di rumah karena kondisi kurang fit. Begitupun tetap harus bersyukur karena masih bisa merasakan momen Ramadhan dan Idul Fitri bersama keluarga. Menikmati lontong sayur, lauk rendang dan teman-temannya buatan Mama yang lezat sampai kekenyangan adalah momen yang hanya bisa dirasakan setahun sekali. Semoga sakit ini bisa menjadi penggugur dosa kami kami, ya Allah, Amin. Bagaimana Ramadhan dan Lebaran kamu tahun ini? Once again, Happy Eid Mubarak 1439 H ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *