Cerita di awal tahun 2018 kali ini buat saya sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kalau biasanya di penghujung tahun dan awal tahun merayakan dengan melakukan kegiatan relaxing bersama keluarga dengan bakar-bakar ikan dan ayam di halaman rumah atau booking hotel di area Medan sambil jalan-jalan dan kulineran bersama orang-orang tersayang (waktu itu belum nikah jadi jalan-jalannya dengan teman perempuan), tapi sekarang saya melewati pergantian tahun dengan kondisi badan tidak fit alias sakit.
Sebulan terakhir ini daya imunitas tubuh saya sedang drop sekali, sudah dua kali terserang batuk pilek dan sembuh, dan akhirnya terkena batuk pilek lagi karena tertular dari suami. Namun, kali ketiga terserang batuk pilek, saya juga terserang sesak nafas yang lumayan berat. Sudah coba minum obat-obatan resep dokter juga coba menghirup uap dari balsem vicks vaporub supaya pernafasan lega namun sesak tak kunjung hilang.Karena nafas semakin sesak, saya pun dibawa ke rumah sakit pukul 01.30 dini hari untuk diberikan pertolongan pertama berupa pemberian uap dengan nebulizer dan obat.
Namun, sesampai di rumah, nafas saya kembali sakit. Sempat berencana untuk ke rumah sakit di Medan untuk berobat ke dokter spesialis paru, namun berhubung tanggal 1 Januari adalah hari libur maka praktek dokter tutup. Hanya bisa pasrah saat itu, minum air hangat campur lemon, perbanyak doa dan istigfar, tapi yang paling sedih melihat bayi saya yang ikut tertular flu dan batuk dari ibunya.
Selama sakit saya tidur terpisah dan hanya dibangunkan kalo bayi saya ingin menyusu. Ntah mengapa sepertinya ia mengerti kalau ibunya sedang sakit, bayi saya tidak rewel, setelah menyusu tidur pulas dan tidak minta gendong pada saya seperti biasa. Wajahnya yang polos dan terdiam.saat menatap wajah ibunya yang kesakitan karena sesak nafas, membuat hati saya makin pedih.
Namun, pertolongan Allah selalu datang di waktu yang tepat, sehari sebelum berobat ke dokter spesialis paru, kami mencoba menghubungi kenalan kami yang sudah seperti kakak buat kami. Beliau adalah terapis dan ahli pengobatan herbal. Kakak yang biasanya full dengan agenda kegiatannya, bersedia datang ke rumah untuk mengecek kondisi saya.
Alhamdulillah, setelah saya diterapi, nafas saya kembali lega. Banyak hal yang saya dapat dari kejadian ini. Hikmah sakit ini membuat saya lebih menyadari betapa kesehatan itu sungguh tak ternilai harganya. Pikiran juga memberikan andil besar mengenai kondisi kesehatan seseorang. Pikiran positif mendukung fisik lebih sehat dan kuat, begitupun sebaliknya. Saya percaya, dibalik kesulitan akan ada kemudahan (Qs. Al Insyirah 1-5) .
Semoga penyakit ini menjadi penggugur segala dosa saya. Semoga juga awal tahun 2018 lebih banyak mengucap syukur pada Allah dan bersabar untuk segala ujian. Satu hal yang terus saya ucap dalam batin saya setiap saya mulai lelah dan letih: Saya harus sehat demi anak dan suami saya. Seolah itu menjadi mantra ajaib penghilang rasa sakit.Oya, Mengenai resolusi akan saya tulis juga di blog jika sudahnbenar mm benar pulih. Happy New Year for all! Allah always guide you.