Hikmah Menjadi Ibu

Loading

 

Sejak memiliki anak, saya merasa sangat jarang memiliki waktu luang, terutama untuk diri sendiri. Rasanya hari demi hari berlalu demikian cepat. Tiba-tiba udah pagi, eh tahu tahu udah sore lalu malam, begitu seterusnya. Kehidupan saya berubah. Yang tadinya saya berkutat dengan pekerjaan kantor, pulang hingga malam hari, dan kalau sudah kecapekan kerja, tinggal tidur pulas, jalan- jalan dan kulineran dengan suami sesuka hati, dll. Namun sekarang? Tidak mungkin saya lakukan karena saya memiliki tanggung jawab baru sebagai seorang ibu. Saya akui memiliki bayi kecil, bukan hanya sekedar lucu-lucuan dan gemes saja dengan tingkahnya, namun tentu cukup melelahkan dan menyita waktu. Mengeluh? Saya manusia biasa, tentu saja terkadang saya lelah menjaga dan merawat anak sendiri ( catatan : tanpa baby sitter atau pengasuh), merawat bayi hanya berdua suami, yang saat suami berangkat kerja, artinya saya bersama bayi saya selama 24 jam. Namun, rasa lelah dan letih saya hilang seketika saat anak saya tersenyun dan tertawa riang.

Memutuskan untuk resign dari kantor dan menjadi full time mommy adalah sebuah pilihan. Setelah berdiskusi dengan suami dan banyak pertimbangan, maka kami sepakat untuk mengasuh anak kami berdua saja, tanpa pengasuh, juga tidak dititipkan ke orang tua kami. Kami ingin mendidik dan merawat buah hati kami dengan pola asuh yang kami yakini. Pun keputusan saya ingin memberikan ASI eksklusif pada bayi saya adalah murni keinginan saya, dan didukung penuh oleh suami. Sebagai orang tua baru, kami pun masih terus belajar ilmu parenting, karena memang menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. Tidak ada cara baku dalam mengasuh anak, semua orang tua punya caranya sendiri. Begitupun saya, saya meyakini naluri keibuan saya saat merespon kebutuhan bayi saya yang disampaikannya lewat tangisan. Saya yakin setiap tangisannya memiliki arti, tidak hanya haus dan ingin minum ASI, tetapi bisa saja karena ia lelah, bosan, popoknya basah, sakit, atau memang hanya ingin dipeluk dan diperhatikan oleh ibunya. Tidak ada yang salah dengan apapun pilihan hidup kita asalkan kita yakin dan bertanggung jawab atas pilihan tersebut, bukan pula karena keterpaksaan. Saya tidak pula menjudge ibu yg tetap berkarir walau sudah memiliki anak , atau ibu yang tidak menyusui anaknya , namun memberikan susu formula. Kembali lagi kepada pilihan hidup, kita yang memilih dan kita pula yang menanggung resikonya.

Pejamkan mata sejenak dan tarik nafas sedalam mungkin lalu hembuskan perlahan. Mungkin bisa sedikit membantu ibu ibu baru seperti saya yang terkadang jenuh dengan keseharian mengasuh anak. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga “kewarasan” adalah perbanyak minum air putih, olahraga ringan, konsumsi sereal dan kacang kacangan penambah energi bisa membantu ibu lebih segar karena begadang mengurus bayi, membaca buku-buku parenting, dan gabung dengan sebuah komunitas. Mandi pagi juga bisa menyegarkan pikiran yang kusut.

Adakalanya kita lupa, dengan memiliki anak, banyak hal positif yang bisa kita lakukan tanpa disadari.
1. Lebih menjaga kesehatan
Sejak memiliki anak dan menyusui, mau tak mau saya harus banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi apalagi saya operasi sesar. Makan sayuran dan buah buahan, juga berprotein tinggi. Saya juga stock cemilan saat lapar di tengah malam.
2. Lebih menghargai hal-hal kecil
Dulu sebelum punya anak, makan suka
telat, tidur juga larut terutama saat weekend, mandi pun malesan, sekarang saya merasa bisa makan dan tidur adalah sebuah anugerah, karena sejak punya anak, kita harus curi curi waktu untuk sekedar makan, mandi dan tidur.
3. Prioritas berubah
Dulu lebih suka mikirin diri sendiri, setiap bulan kalau gajian, yang dibeli adalah baju, sepatu atau tas. Sekarang sejak punya anak, lebih teratur dalam menggunakan uang belanja, lebih suka searching belanja popok dan deterjen bayi daripada berburu sneakers terbaru, hehehe.
4. Lebih disiplin waktu
Sholat di awal waktu dan fleksibel dalam memasak dan menyiapkan sarapan. Selagi anak masih tidur, maka lebih baik segera sholat, menyiapkan bahan bahan makanan untuk dimasak dan masak yang lebih praktis, serta membuat sarapan untuk suami selagi si bayi belum bangun. Saya juga harus memompa Asi , disaat bayi sedang lelap, bisa jadi tengah malam atau sebelum subuh, saya masih memompa untuk menghindari payudara bengkak sekaligus menyetok ASI dalam kulkas/freezer.
5. Lebih suka beberes rumah
Saya bukan tipe wanita yang hobi bersih- bersih rumah, namun sejak punya anak, saya jadi lebih peduli soal kebersihan dan kerapian. Saya jadi lebih sering menyapu, dan merapikan pakaian, membuang sampah, mencuci segera piring dan peralatan dapur yang kotor, menjemur handuk dan peralatan bayi. Saya juga jadi teratur mencuci tangan sebelum memegang bayi dan mensterilkan perlengkapan pompa Asi sebelum digunakan.
6. Lebih sabar
Jadi ibu harus sabar. Sabar saat menghadapi anak rewel , sabar ketika ia sakit, sabar saat ia menangis tak henti hentinya sementara kita terus belajar akan makna tangisannya, sabar untuk mengesampingkan kebutuhan diri sendiri dan menjadikan anak prioritas utama,dll.

7. ……(isi sendiri)

Mungkin masih banyak lagi hikmah menjadi seorang ibu. Coba renungkan kembali betapa bahagianya mendapati buah hati kita tersenyum, sehat dan ceria dan belum tentu semua wanita beruntung bisa memiliki anak dari rahimnya sendiri. Sungguh sebuah anugerah yang tak ternilai harganya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *