Review Seminar Pengasuhan Keuangan : Bekali Kemandirian Finansial Anak Sejak Tujuh Tahun Pertama

Loading

Sebelum kita mulai cerita mengenai pengasuhan keuangan, mari kita lihat defenisi melek keuangan:

Melek keuangan atau financial literacy adalah pengetahuan dan kemampuan mengelola keuangan keluarga.

Namun, faktanya adalah :

Menurut OJk, hanya 29,7% orang Indonesia yang melek keuangan.

Karena tidak memiliki financial literacy/ melek keuangan, maka semua permasalahan keuangan pun menimpa kita. Mulai dari terlilit hutang, tak memiliki asset sama sekali, terjebak dalam gaya hidup konsumtif alias boros

Solusinya:

Belajar pengasuhan keuangan

Berbekal pengetahuan tersebut, sayapun merasa sangat excited saat mendapat undangan dari komunitas Emak-emak Blogger untuk mengikuti acara Seminar Pengasuhan Keuangan : Cara membekali kemandirian finansial anak sejak dini yang digelar oleh Festro (Forum Emak Strong) di LJ Hotel Medan pada hari Sabtu, tanggal 1 Desember 2018 lalu.

Di zaman millenial saat ini, ilmu parenting berkembang pesat. Segala macam teori baru bermunculan, mematahkan teori-teori lama pengasuhan yang diajarkan orangtua jaman doeloe, bagaimana cara mengasuh anak dan menumbuhkan karakter terbaiknya, namun hanya sedikit yang mengajarkan anak mengenai pengasuhan keuangan sejak dini. “Pengasuhan keuangan masih sangat jarang diajarkan kepada anak padahal itu merupakan life skill yang sangat penting, namun sering terlupakan,” demikian tutur Bunda Indah Hendrasari, seorang praktisi pendidikan, sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut.

Kegiatan ini disponsori banyak pihak, seperti Bank Mandiri Syariah, Oriflame, Produk HNI Kiddos Store, beberapa produk makanan dan kue. Tersedia pula photobooth  yang dapat digunakan oleh peserta untuk berfoto-foto.

Menurut Bunda Indah lagi, akibat tidak adanya pengasuhan keuangan, anak pun tidak paham apa dan bagaimana mengelola keuangannya, boros membelanjakan uangnya dan hidup dalam gaya konsumtif, bahkan tak sedikit akhirnya terjebak dengan kondisi keuangan yang sulit, terlilit hutang, terlibat korupsi, dsb. Semua bermula dari pengasuhan keuangan yang salah. Fakta- fakta mengejutkan seputar pengasuhan keuangan yang dibeberkan Bunda Indah, cukup membuat saya terpana. Kisah “wedding disaster” yang sempat viral di jagat maya tentang pasangan yang sibuk menghitung uang pemberian tamu di malam pertama pernikahan karena akan digunakan untuk menutup hutang biaya pernikahan yang teramat besar!  Yang ada bukan indahnya malam pertama yang didapat, tapi justru stres berat saat menyadari uangnya tidak cukup untuk menutupi hutang yang menumpuk. Miris sekali namun it’s true story! Belum lagi kisah pilu orangtua yang tega menggadaikan kehormatan anak gadisnya di rumah mereka sendiri secara terang-terangan membolehkan siapa saja “memakai” anak mereka demi menutupi hutang-hutang yang melilit pinggang. Astagfirullah!

Lalu, saya coba mengintrospeksi diri sendiri, apakah saya selama ini sudah mengelola keuangan dengan baik? Sudahkah saya mendapatkan pengasuhan keuangan dari orangtua sedari kecil? Dan ternyata belum! Kalau boleh jujur, saya juga pernah terjebak penggunaan kartu kredit yang bunganya menumpuk karena minimnya pengetahuan penggunaan kartu kredit yang benar dan tergoda dengan berbagai penawaran/diskon yang diberikan plus cicilan yang katanya ringan. Alhamdulillah, akhirnya masalah sudah terselesaikan dengan cicilan bertahap dan sayapun sudah bernafas lega. Berkaca dari pengalaman tersebut, saya pun tertarik sekali mengikuti seminar ini sebagai modal awal saya mengajarkan Shadiq mengenai mengelola finansialnya. Lho, memangnya bayi usia 14 bulan sudah bisa diajarkan mengelola keuangan? Hahaha, jangan salah, mengenalkan keuangan pada anak sudah dimulai dari tujuh tahun pertama (0-7 tahun) kehidupannya. Wah, saya telat nih, pikir saya waktu itu. Shadiq sudah setahun lebih, namun lebih baik terlambat ya daripada tidak sama sekali.

Pengenalan uang pada balita pun ada tahapannya. Tidak bisa ujug-ujug langsung bilang, “Ini ayah bunda kasih uang. Kamu simpan tuh baik-baik. Jangan boros!” atau  “Ini ayah bunda beli pake uang ya, dirawat baik-baik.” Usia balita tentu belum mengerti. Masa 0-7 tahun adalah masa pengenalan/attachment akan uang. Maka yang perlu orangtua sampaikan bahwa uang itu untuk membeli sesuatu, bukan untuk dimakan, sehingga anak pun paham bahwa uang itu digunakan ada manfaatnya, bukan hanya habis begitu saja. Anak perlu diajarkan akhlak yang baik pula, bahwa uang itu baik atau buruk ya tergantung pemakaiannya. Mindset tentang uang untuk hal-hal positif harus ditanamkan di usia ini, bahwa uang bukanlah sumber masalah malah menjadi sumber kebaikan dan ladang amal jika digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti membantu orang lain, dsb. Selain itu anak juga harus diberitahu untuk belajar menunggu. Bahwa uang didapat karena usaha bukan tiba-tiba ada apalagi selalu ada saat diminta. Itupun cukup dengan cara kita mengatakan, misalnya, “Saat ini uang kita ada namun bukan untuk beli mainan, saat ini uangnya digunakan untuk biaya kebutuhan sehari-hari. Jika mau beli mainan, maka harus menunggu bulan depan”.

Lalu, untuk pengenalan keuangan di tahun kedua, anak sudah diajarkan untuk mengambil keputusan sederhana perihal keuangan. Anak diajarkan belajar memilih kebutuhan yang paling utama, menumbuhkan etos kerja  dengan cara mengenalkannya dengan tahapan pengerjaan rumah tangga. Menurut penelitian terbaru di Universitas Harvard, anak yang terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, akan memiliki etos kerja lebih baik dibandingkan yabg tidak. Selain itu anak juga terus diajarkan melalukan perbuatan baik karena perbuatan baik adalah sebuah investasi. Dan yang terpenting dari semua itu, anak memahami bahwa untuk memperoleh sesuatu dibutuhkan proses, bukan cara yang instan.

Sedangkan tahapan terakhir, anak sudah mulai diajarkan cara menghasilkan uang dengan cara magang dan diharapkan di usia 10 tahun sudah mampu bekerja secara profesional.

Selain menjelaskan mengenai tahapan pengenalan uang pada anak/balita, Bunda Indah memberikan banyak pengetahuan mengenai mengelola aset dan mengajarkan anak mencari uang, program finansial keluarga, passive income, kecerdasan finansial SD, SMP, SMA  hingga 18 tahun, pemetaan potensi anak dan manajemen uang serta mengajarkan no income no boros. Wow, padat sekali materi seminarnya! Banyak sekali manfaat yang bisa diambil apalagi buat saya yang masih keluarga kecil dengan satu anak bayi yang belum banyak pengeluaran sebenarnya ( itupun suka defisit uang belanja di akhir bulan😅) , sebelum akhirnya nanti pengeluaran makin bertambah seiring bertambahnya anggota keluarga. Beberapa hal yang saya menjadi perhatian saya adalah menanamkan akhlak dan nilai-nilai kejujuran adalah hal penting dalam pengasuhan keuangan. Orang tua adalah role model dan anak adalah peniru ulung. Misalkan jika anak diberi uang oleh orang lain, janganlah kita ambil haknya untuk membeli keperluan kita dan menukarkannya dengan permen  atau sesuatu yang nominalnya dibawah uang yang diterimanya. Meskipun anak belum mengerti nominal uang, namun semua itu terekam di bawah alam sadarnya dan terbawa hingga dewasa. Hal ini bisa menjadi bibit-bibit penyakit korupsi dan ketidakjujuran lainnya. Selain itu ajarkanlah anak membayar dengan uang cash bukan mencicil. Kelihatan sepele namun berdampak besar jika nanti anak suka membeli barang diluar batas kemampuannya maka mental mencicil/berhutang akan tertanam padanya.Bunda Indah juga menekankan bahwa kita sebagai orangtua juga perlu banyak belajar mengenai produk-produk keuangan, seperti saham, reksadana dan asuransi, setidaknya update ilmu keuangan agar tidak mudah tertipu dengan penawaran-penawaran investasi bodong juga jangan mudah tergiur berhutang pada bank jika memang tak mampu membayar. “Kalau memang tak sanggup bayar cicilan, ya jangan nyicil donk. Kalau belum mampu beli rumah secara cash, ya ngontrak aja. Ngapain malu, mau dateng kerumah ya silahkan,” tutur Bunda Indah dengan tegas.

Seminar yang berdurasi cukup panjang ini dibagi dua session, yang pertama penjabaran materi, kemudian lanjut makan siang dan sholat, lucky draw, dan kemudian dilanjutkan dengan diskusi materi. Tidak hanya itu, disela-sela diskusi materi, Bunda Indah juga melakukan launching perdana bukunya yang berjudul  “Cara Mudah Mempersiapkan Kemandirian Finansial Anak.” Seru banget apalagi Bunda Indah tak pelit berbagi ilmu parenting pula. “Jika anak belum mampu membiayai hidupnya sendiri saat dewasa, untuk kuliah masih minta, bayar cicilan motor juga masih minta tolong orangtua bahkan saat nikah pun masih juga dibiayai berarti ada yang salah dengan pengasuhan keuangannya.” Duh, menohok banget gak sih? Jadi inget, dulu waktu kuliah dibiayain ortu dan biaya nikah juga dibantuin. Ayo, buibuk melek keuangan sejak dini!

Lalu gimana supaya pengasuhan keuangan anak berjalan efektif? Bonding dengan anak! Lho, apa hubungannya? Yups, usia 0-7 tahun adalah prinsip dasar pengasuhan. Kedekatan atau bonding membuat anak lebih percaya diri dan yakin akan potensinya. Pondasi awal adalah kepercayaan, jika anak sudah percaya kepada orangtuanya, niscaya segala nasihat keuangan yang diberikan kepada mereka akan dijalankan dengan sepenuh hati. Bagaimana? Tertarik belajar pengasuhan keuangan? Yuk, persiapkan masa depan keuangan yang lebih cerah untuk si kecil!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *