Hola, akhirnya bisa nulis blog lagi. Selama bulan Ramadhan memang jarang ngeblog, selain memang gak punya waktu (alesan ya…) dan memang belum menemukan mood buat nulis. Kali ini mau cerita tentang mudik. Ada yang bilang sih kalau mudik itu tradisi orang Indonesia. Sebenarnya sih saya baru ngerasain bener- bener mudik yang jauh itu ya setelah menikah karena suami bukan asli Medan, tapi Pekan Baru. Setelah saya beberapa kali merasakan mudik di kampung suami, baru deh ngerti kenapa orang-orang yang jauh dari keluarga ngotot banget mau mudik. Momen ini langka banget karena setahun sekali bisa kumpul keluarga. Nah, kali ini ada yang beda. Kalau dulu cuma berdua aja, sekarang mudik tahun ini sambil bawa bayi 18 bulan, emang udah gak bayi banget sih, bisa dibilang toddler lah, namun tetap aja deg-degan. Dari sejak dua bulan sebelum mudik juga udah deg-degan. Biasalah mak-mak rempong, mikirnya udah yang ribet-ribet aja. Duh, nanti bawa perlengkapan apa aja ya, gimana ya kalo dia rewel di pesawat, ntar menyusui di pesawat bisa gak, terus kalo dia sakit karena kecapean harus gimana, bla..bla..bla.. Sempat tanya sana-sani sama teman-teman yang udah pengalaman bawa bayi atau toodler mudik dengan pesawat, googling juga, akhirnya mulai berkurang kekhawatirannya. Berikut tips mudik bawa bayi dengan pesawat: Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah berpikir positif dulu bahwa perjalanan akan lancar. Ubah mindset yang tadinya ribet jadi santai. Ibunya mesti lebih dulu tenang dan easy going karena itu akan menular ke anaknya. Kalau si ibu takut, gelisah, cemas, nah aura negatifnya bisa dirasakan si kecil loh. Buang kata “kalau nanti begini begitu” bla..bla.. tapi ganti dengan “Bismillah, perjalanan akan lancar.” Lalu ganti kata “Gak bisa menjadi Bisa.” seperti “Bisa gak ya aku menyusui di pesawat ?” menjadi “Aku pasti bisa menyusui di pesawat.”
Lalu, perlengkapan apa kira-kira yang perlu dibawa dalam perjalanan? Memang sih ini perjalanan pendek saja, hanya 48 menit sudah sampai. Namun persiapan tetap harus ada. Jujur, gak bisa bayangin ibu-ibu yang harus mudik antar negara dan naik pesawat dengan bayi atau anak batita berjam-jam di pesawat. Saluttt saluttt, saya angkat topi deh. You’re a strong mom! Oke, balik lagi dengan perlengkapan buat si kecil. Kemarin saya hanya bawa satu koper besar berisi perlngkapan saya dan si kecil yang belum perlu digunakan di pesawat. Satu backpack kecil berisi perlengkapan yang mungkin lagsung diperlukan di pesawat dan satu tas tentengan atau tote bag yang isinya baby carrier atau hipseat dan jaket hoddie bayi yang agak tebal. Koper besar udah pasti masuk kabin utama yang Alhamdullah kemarin free bagasi 20 kg. Sedangkan tas backpack tetap saya bawa di kursi tempat duduk dan tote bag di kabin atas tempat duduk.
Apa saja perlengkapan yang saya bawa di backpack? Inget yak, Jangan sampai membawa barang yang tak perlu, apalagi membawa mantan dan kenangannya, wkwkwk… Saya bawa satu stel baju ganti si kecil, popok bersih (disposible diaper tentunya) satu buah, baby wipes atau tisu basah non parfum, botol minum kalau-kalau si kecil haus, bawa biskuit dan cemilan kesukaannya, lalu saya bawa sarapan praktis dalam wadah kecil bertutup rapat seperti nasi goreng lengkap dengan telur, sendok dan garpu , karena kami penerbangan pagi pukul 07.53. Khawatir si kecil kelaparan di bandara dan kemungkinan pesawat delay tetap ada kan. Saya juga bawa minyak telon yang juga bisa berfungsi sebagai anti nyamuk, oil aromatherapy untuk batpil, plastik kecil kalau si kecil muntah. Kalau perlengkapan saya sendiri cuma ponsel yang didalamnya ada e-ticket (penting banget jangan sampe ketinggalan tuh), charger, dompet tentu berisi uang cash namun gak perlu banyak juga ATM, tolak angin cair, vitamin, bedak tabur, bedak compact, dan lipstik. Simpel aja, saya memang bukan yang tipe make up an, jadi ya seadanya aja. Karena penerbangan pagi, dan kami berangkat habis sahur, saya pakekan si kecil sweater dan jogger training supaya gak kedinginan plus kaos kaki dan sepatu.
Kalau koper besar isinya apa? Karena kami mudiknya agak lama sekitar 15 hari, jadi saya bawa baju dan celana si kecil agak banyak, perlengkapan mandinya yang travelling size, sandal, handuk kecil, popok 1 pack, bawa p3k seperti paracetamol syrup, salep untuk memar, oil aromatherapy untuk demam, vicks vapo rub, dan lotion anti nyamuk juga makanan praktis sesampai di kampung seperti mie khusus bayi dan puding untuk toodler.
Perlengkapan udah beres, lalu apa lagi ya? Hal paling penting yang sering dilupakan orangtua saat mudik membawa bayi adalah melakukan sounding terus menerus bahkan beberapa bulan sebelum berangkat. Saya katakan pada si kecil tahun ini kita akan mudik di kampung halaman ayahnya. “Shadiq baik-baik ya di pesawat. Tenang dan jangan rewel ya. Kita lebaran di kampung Ayah.” Kata-kata itu juga saya bisikkan di telinganya malam hari sebelum berangkat. Dan alhamdulillah berhasil. Di bandara KNIA ia happy sekali, jalan-jalan kesana kemari, makan roti sambil duduk menunggu pesawat tiba. Sedang di dalam pesawat , saat take off ia agak tegang dan sedikit takut, minta nen sambil terus memeluk saya. Tapi cuma sebentar aja ia takut, setelah pesawat mulai stabil ia malah tertawa-tawa sambil lihat pemandangan dari kaca pesawat dan sisa perjalanan ia bobo pulas sambil nen di pangkuan saya. Saat pesawat mendarat baru ia membuka mata. Alhamdulillah. Perjalanan lancar tanpa rengekan dan tangis si kecil. Ohya hal terakhir yang bisa kita lakukan adalah berdoa pada Allah dan mengikhlaskan perjalanan ini. Bahwa hanya Allahlah sebaik-baik Pelindung kita. Hasbunallah wa ni’mal waakil..
Note: yang ingin tips lengkap menurut aturan kesehatan, mudik dengan bayi menggunakan pesawat juga bisa follow Ig dokter Apin atau baca di sini.